untitled: tanpa alasan

Diamlah kau di situ. Diam sebentar saja. Jangan bergerak satu milimeter pun. Jangan sunggingkan bibirmu. Jangan mengedipkan matamu untuk menggodaku. Tidak. Kau juga tak boleh bersiul seperti itu! Diam. Diam saja.

Ada apa?

Tak ada apa-apa. Jangan tertawa seperti itu. Aku butuh wajahmu yang polos tanpa kharisma apa-apa. Stop! Sudah kubilang untuk tahan senyummu. Sebentar saja. Diam. Diam... ya.. seperti itu. Di...am.

.....

Ah, ternyata...
kau tak terlalu rupawan. Wajahmu standar dan sangat pasaran. Ada bekas jerawat di pipimu. Ada tahi lalat di ujung bibir atasmu, tepat di sebelah kiri sana. Sejujurnya, aku kurang suka dengan orang yang punya tahi lalat di daerah itu. Nah, lihat itu, rupanya saat kau tersenyum, ada gurat-gurat usia di sekitar matamu. Bahkan gigimu berantakan seperti itu. Bukan. Bukan wajahmu. Ternyata.

Jangan tertawa dulu! Diam lah sebentar! Jari-jari tanganmu, tak terlalu indah. Ternyata. Terlalu gempal. Aku tak suka! Kau juga tak terlalu tinggi. Agak terlalu berisi. Kukumu bahkan terlalu kotor. Tak pernahkah kaucuci kuku-kukumu itu? Jangan tersenyum! Aku sedang menghinamu! Bahkan, bukan fisikmu. Ternyata.

Sebentar, coba kauulangi, apa katamu pekerjaanmu tadi?

Supir.

Ah, sangat tidak menjanjikan! Berapa pendapatanmu sehari? Di mana mukaku akan ditaruh jika orang tanya, ‘apa pekerjaan teman dekatmu?’. Memalukan! Bukan pekerjaanmu juga. Ternyata.

Coba katakan sesuatu.

Hmm? Katakan apa?

Suaramu itu... juga sama saja! Terlalu cempreng! Logatmu malah terasa makin merendahkan. Kau terlalu seperti orang daerah! Payah! Sudah, jangan bicara lagi. Jangan tertawa juga! Stop! Bukan. Bukan suaramu. Ternyata.

Sifatmu... juga tak terlalu menyenangkan. Kurasa. Kudengar beberapa rumor dari perbincangan teman-teman profesimu. Tidak menyenangkan, kurasa. Kau terlalu sesukamu sendiri. Jangan tertawa! Bukan sifatmu. Memang bukan. Ternyata.

Lantas apa? Apa yang membuatku, begitu menggilaimu?
Apa? Apa yang membuatku, begitu... begitu... Ah! Sudahlah!
Aku menyerah!

Tak pernah ada ‘apa’. Ternyata.

Ya! Tertawalah dengan puas!
Memang tak pernah ada ‘apa’. Tak pernah ada ‘apa’ dan ‘apa’.
Aku hanya ‘cinta’. Ternyata.
Puas?

***

Ciputat, 6 April 2011

Comments

Popular posts from this blog

untitled: ucapan yang hilang

Jika.

Kehilangan Kata