Posts

Showing posts from January, 2010

Rindu

saat dia tak juga hadir dalam layar mungil telepon genggammu, kau akan mulai dihinggapi perasaan itu, jantungmu akan mengaduh karena terlalu cepat ia terpacu, paru parumu akan mengeluh karena terlalu sedikit oksigen yang mampu kauhirup, matamu tak akan merasakan kantuk meski hari mulai larut bahkan mentari sebentar lagi akan kausambut, benakmu akan letih karena wajahnya, suaranya, berputar putar dalam kepalamu, sungguh kau ingin melihat namanya dalam layar mungilmu itu, meski tak akan sanggup kau sapa dia: "hai, selamat tidur..", perasaan itu kini hampir meledakkan jantungmu, ingin kau teriakkan dengan harapan semuanya ikut keluar bersama semburan air liurmu, agar jantungmu batal meledak, batal hancur, agar kau kembali bisa menghirup banyak banyak oksigenmu, agar kau bisa pejamkan matamu dan menemuinya dalam mimpimu, agar benakmu bisa menghentikan sesaat putaran wajahnya, suaranya, dalam kepalamu, kau akan meneriakkannya tanpa peduli waktu, tanpa peduli caci maki tetanggamu:

untitled: apa ini?

sesuatu bergejolak dalam dada. bikin jiwa ini membara. rasanya ingin terus tertawa. tapi sesuatu ini apa? kata orang, ini namanya cinta. bagi saya, ini narkoba. sekali kena, kita kecanduan dan dibuat melayang layang. tapi, semuanya maya, akhirnya kita hanya akan menderita. sebut saya phobia. terserah. saya tetap akan menganggap cinta itu sama dengan narkoba: membunuh secara perlahan. tapi, benarkah sesuatu ini cinta? bukan cuma hasrat ingin memiliki saja? hmm, biar saya jabarkan sesuatu yang bergejolak ini. agar kamu bisa beri saya nama untuk sesuatu yang asing ini. cintakah ini? sesuatu ini bikin sendi saya kurang oli saat berhadapan dengan makhluk satu itu. bikin jantung saya main orchestra perkusi tanpa nada yang seirama tiap kali dia duduk manis di sebelah saya. bikin tulang tiba tiba tumbuh di lidah saya saat senyumnya menyapa. bikin semburat merah muda hadir di pipi saya tanpa diminta saat mata kami berjumpa. bikin wajahnya terlukis sempurna di balik kelopak mata saya

satu

cukup satu untuk kau kasihi. cukup satu untuk kau sayangi. cukup satu untuk kau beri perhatian lebih. satu. yang lain tak perlu.

pemakaman hati

Jakarta, 13 Desember 2009. Hari ini saya berpakaian serba hitam, mengantar hati ke peristirahatannya yang terakhir. Entah kenapa saya tak merasa sedih sedikitpun, seperti halnya di pemakaman yang lain. Mungkinkah karena bagian diri yang biasanya membimbing saya untuk merasa, kini telah tiada? Saya menempelkan telapak tangan saya tepat di dada, merasakan kekosongan yang nyata di dalamnya. Di dalam sini hati menghabiskan seluruh waktu hidupnya. Dulu, hati selalu berbisik kapan saya harus sedih ataupun bahagia, marah ataupun memaafkan. Hati membimbing saya tanpa pamrih. Terkadang hati jatuh sakit, ditipu oleh pikiran saya yang terlampau sering berimajinasi tentang cinta. Bahkan saya merasa cinta dan pikiran memang berkonspirasi untuk membunuh hati. Saya memandangi liang lahat mungil tempat hati akan dikebumikan. Hati saya yang malang. Saya tahu betul bahwa hati memang tak akan pernah sembuh setelah sakit keras empat tahun lalu. Kala itu, hati begitu terluka hingga mampu membuat piki

sepotong cerita di malam pergantian tahun: tentang bayangan.

suara mercon menderu deru di telinga saya. letupannya memancarkan warna yang begitu mempesona. saya memandangi langit malam pergantian tahun ini dengan berdebar. bulan tampak sangat merdeka. awan hanya berani menari nari di sekitarnya, enggan mengusik. pada purnama sempurna di awal tahun 2010 ini saya berbisik pelan: "saya serahkan sang bayangan padamu, bawa dia ke angkasa, jadikan ia bintang yang paling terang di sisimu agar jika nanti jiwa ini rindu, saya cukup melihat ke angkasa dan ia akan hadir di sana dengan cahayanya yang mempesona."