Posts

Showing posts from April, 2012

untitled: ucapan yang hilang

Ciputat, 16 April 2012 Menyedihkan itu ketika kamu bersikap seolah kamu dan saya tak akan pernah berpisah. Kamu tetap tertawa seperti hari yang sudah-sudah. Kamu tetap bermanja-manja. Kamu tetap genit menggoda. Rasanya saya ingin menarik kerah kemejamu, mendekatkan wajah padamu, lalu memakimu. Bukankah masa-masa seperti ini tak mungkin terjadi lagi? Bukankah keberadaan esok hari hampir tak mungkin sama sekali? Bukankah kamu dan saya tak mungkin berjumpa lagi? Lalu, kenapa kamu hanya diam? Sebut saya aneh karena malah memintamu menyisakan kenangan. Saya suka kenangan. Mungkin kamu tidak. Tapi, saya suka. Bagi saya, semua yang sementara harus diberi bonus kenangan yang paling indah. Mungkin sebuah kecupan di pipi. Mungkin pelukan sesaat. Atau sekadar jabat tangan hangat pun tak masalah. Sayangnya, kamu seolah tak bersedia menyisakan apa-apa. Kamu telan habis semuanya. Bahkan ketika saya bilang, saya akan pulang. Kamu tetap diam. Kamu diam. Saya diam. Kamu dan saya hanya diam begini

Untitled: Sementara

Cimahi, 12 April 2012 Hidup ini hanya sementara. Jadi, wajar bagi saya jika banyak hal yang terjadi dalam hidup ini juga hanya sementara. Tapi, seperti sebuah sajak milik Sapardi, “ Yang fana itu waktu. Kita abadi. ” maka kenangan tentang apa yang terjadi itu akan terus ada. Abadi. Sama seperti kamu. Kamu yang hanya sementara mengisi hari-hari dalam hidup saya. Kamu yang datang dan pergi silih berganti. Kamu semua. Kamu yang bahkan tak pernah menamakan relasi di antara kamu dan saya. Cukuplah bahasa tubuh saja yang menjelaskan semua tentang kamu dan saya. Lalu, setelah kesementaraan itu berlalu, haruskah kamu dan saya mengadakan upacara perpisahan? Seorang kawan mengatakan, ucapan perpisahan akan membuat memori terlalu sarat dengan hal sentimentil. Bahwa ucapan perpisahan akan menjadi beban memori yang terberat. Tapi, tidak bagi saya. Saya justru merasa upacara perpisahan harus dibuat sedemikian megah. Bila perlu mengundang setiap alasan perpisahan untuk datang memeriahkannya

Suami Orang: Jeda

Cimahi, 07 April 2012 “Ampuni aku yang telah memasuki kehidupan kalian.. Mencoba.. mencari celah dalam hatimu..” Chrisye – Seperti Yang Kau Minta *** Kepalaku berputar-putar. Rasanya, aku seperti terjebak dalam sebuah lingkaran setan. Mungkin, ini kutukan Tuhan.. Ialah Surahman. Lelaki yang telah membuat kepalaku berputar-putar. Jungkir balik tidak keruan. Dia tidak tampan. Tidak juga tampak seperti lelaki yang kelebihan uang. Wajahnya standar, berkumis tipis sekali hingga terlihat seperti titik-titik kaku saja. Rambutnya lurus dan jatuh, persis seperti aktor mandarin Aaron Kwok di masa muda dulu. Caranya berpakaian juga tak nampak istimewa. Dia selalu memakai kemeja yang agak besar dan celana yang sedikit kepanjangan hingga terlihat menumpuk di bagian bawahnya. Dilihat dari nama dan penampilannya, dapat kupastikan, Surahman benar-benar bukan tipe lelaki yang akan digilai oleh perempuan lain seusiaku. Perempuan yang bahkan usianya belum mencapai seperempat abad. Surahman a

Cinta Maya: Sama.

Cimahi, 04 April 2012 Kerut di sekitar mata saat tertawa itu.. seksi akut! *** Setiap kali berdiam di suatu tempat. Ada saja manusia-manusia yang hinggap sebentar di dalam kepala. Seperti yang lalu-lalu. Seperti kamu. Mungkin benar jika hormon yang sedang bergolak dalam tubuh turut mengambil peran. Tapi, biarlah. Toh rasa suka memang datang dari hidung lantas turun ke hati, bukan? Kali ini, di antah berantah ini, kamu lah yang tak pernah absen menghadiahi hari-hari membosankan saya dengan sebuah senyuman. Kamu memang tak rupawan. Kamu juga tak terlihat hartawan. Tapi, kadar humor yang begitu tinggi dalam darahmu telah mengalahkan para wan-wan yang lainnya. Nilai tambah yang jumlahnya berpuluh kali lipat buat saya. Nah, itu dia, wajah pura-pura merajuk itulah yang membuat saya jatuh hati padamu. Bibirmu yang menguncup dengan alis bertaut benar-benar terlihat lucu dan menggemaskan. Terutama untuk manusia seusia kamu. Sekitar tigapuluh tahun, mungkin? Gara-gara tingkah