untitled: ucapan yang hilang
Ciputat, 16 April 2012 Menyedihkan itu ketika kamu bersikap seolah kamu dan saya tak akan pernah berpisah. Kamu tetap tertawa seperti hari yang sudah-sudah. Kamu tetap bermanja-manja. Kamu tetap genit menggoda. Rasanya saya ingin menarik kerah kemejamu, mendekatkan wajah padamu, lalu memakimu. Bukankah masa-masa seperti ini tak mungkin terjadi lagi? Bukankah keberadaan esok hari hampir tak mungkin sama sekali? Bukankah kamu dan saya tak mungkin berjumpa lagi? Lalu, kenapa kamu hanya diam? Sebut saya aneh karena malah memintamu menyisakan kenangan. Saya suka kenangan. Mungkin kamu tidak. Tapi, saya suka. Bagi saya, semua yang sementara harus diberi bonus kenangan yang paling indah. Mungkin sebuah kecupan di pipi. Mungkin pelukan sesaat. Atau sekadar jabat tangan hangat pun tak masalah. Sayangnya, kamu seolah tak bersedia menyisakan apa-apa. Kamu telan habis semuanya. Bahkan ketika saya bilang, saya akan pulang. Kamu tetap diam. Kamu diam. Saya diam. Kamu dan saya hanya diam begini