Posts

Showing posts from July, 2011

hati bunda

Ciputat, 30 Juli 2011 Untuk kamu, yang percaya penuh bahwa hati memang cuma satu. *** Pancaran mata bunda ketika menatap ayah selalu berbeda. Aku tahu itu. Sejak dulu, aku selalu tahu itu. Hanya, aku tak pernah mengerti, kenapa begitu? Keluargaku adalah keluarga mini yang bahagia. Satu kepala keluarga, satu ibu, dan satu orang anak.Ayah dan bunda tak pernah terlibat pertengkaran serius. Satu-dua kali masih wajar, menurutku. Yah, dua kepala tak akan pernah benar-benar menjadi satu, bukan? itu pendapatku, pendapat dari gadis berusia duabelas tahun. Setiap pagi, aku, ayah, dan bunda sarapan bersama. Ayahku seorang karyawan di sebuah bank swasta, sementara bunda adalah perawat di salah satu rumah sakit negeri yang lumayan besar di kota ini. Sesibuk-sibuknya bunda, beliau tak pernah absen memasak sarapan ataupun makan malam untuk aku dan ayah. Bahkan bunda juga selalu menyiapkan bekal untuk kami berdua. Bunda selalu bilang beliau mencintaiku sepenuh jiwa. Tak perlu dikatakan

untitled: duapuluh

Ciputat, 29 Juli 2011 Sebuah hadiah untuk si aku yang sedang merayakan hari lahirnya: berusahalah menghasilkan yang terbaik dengan dua kepala dalam satu jiwa. *** Duapuluh. Du-a pu-luh. Berkali-kali si aku menghitung usianya hari itu. Berkali-kali juga hasilnya tetap sama: duapuluh. Si aku tertegun, bertanya-tanya dalam hati, apa yang sudah kulakukan selama duapuluh tahun? Si aku lantas menanti. Pikiran segera membongkar isi kepala. Membuka-buka lagi buku memori yang lembarnya sudah menguning dan berdebu. Pikiran tak menemukan apa-apa di sana selain sejumlah hal percuma. Senang-senang semata. Tak pernah serius menghasilkan sesuatu yang utuh. Seluruhnya cuma separuh. Si aku kini termangu. Berpaling pada hati, memintanya melakukan hal yang sama. Hati segera mengobrak-abrik peti harta di kamarnya. Peti yang dikunci terlalu rapat hingga telah berkarat. Hati tak menemukan apa-apa di sana selain sebungkus kantung merahmuda yang telah pudar warnanya. Sebungkus rasa yang tak

suami orang: manusia sempurna

Ciputat, 23 Juli 2011 Sebuah persembahan bagi manusia yang telah memenuhi seluruh kriteria lelaki idaman: andai kamu masih bujang, sayang... andai... *** Tak ada satu manusia pun di dunia ini yang sempurna. Tak ada. Aku yakin pada pepatah turun-temurun itu. Yakin seyakin-yakinnya. Yakin, sebelum aku bertemu dengan dia. Gadis itu. “Sena.” Mantap ia menjabat tanganku ketika kami pertama berjumpa. Senyumnya tak pernah lepas. Diselingi kunyahan permen karet yang menjadi ‘cemilan’ favoritnya. Kuketahui hal itu setelah beberapa hari mengenalnya. Sena adalah anak magang di tempatku bekerja. Kantor tabloid berita otomotif yang cukup terkemuka di Jakarta. Gadis yang cuek. Terlampau cuek malah. Penampilannya selalu berantakan, celana jins belel, kaos yang kelihatan kebesaran, serta sepatu sneakers yang kuyakini semestinya berwarna putih namun kini tak jelas lagi apa warnanya. Rambutnya pendek dan tampak tak pernah mengenal sisir sebelumnya. Gaya bicaranya tak pernah dibuat-buat. S