Suami Orang: Jeda

Cimahi, 07 April 2012

“Ampuni aku yang telah memasuki kehidupan kalian..
Mencoba.. mencari celah dalam hatimu..”

Chrisye – Seperti Yang Kau Minta

***

Kepalaku berputar-putar. Rasanya, aku seperti terjebak dalam sebuah lingkaran setan. Mungkin, ini kutukan Tuhan..

Ialah Surahman. Lelaki yang telah membuat kepalaku berputar-putar. Jungkir balik tidak keruan. Dia tidak tampan. Tidak juga tampak seperti lelaki yang kelebihan uang. Wajahnya standar, berkumis tipis sekali hingga terlihat seperti titik-titik kaku saja. Rambutnya lurus dan jatuh, persis seperti aktor mandarin Aaron Kwok di masa muda dulu. Caranya berpakaian juga tak nampak istimewa. Dia selalu memakai kemeja yang agak besar dan celana yang sedikit kepanjangan hingga terlihat menumpuk di bagian bawahnya. Dilihat dari nama dan penampilannya, dapat kupastikan, Surahman benar-benar bukan tipe lelaki yang akan digilai oleh perempuan lain seusiaku. Perempuan yang bahkan usianya belum mencapai seperempat abad.


Surahman adalah seorang teknisi komputer di perusahaan penyedia jasa layanan internet tempatku bekerja. Kantornya ada di gedung sebelah. Persis di lantai ketiga. Sementara aku di lantai satu. Dia senang menggodaku. Kurasa, pada mulanya memang hanya bermaksud bercanda. Tapi lalu, kami menjadi semakin akrab. Hingga tak ada teknisi lain yang datang ke tempatku selain dia. Meski sepengetahuanku, teknisi komputer di sana tak hanya Surahman seorang.

Suatu hari, tak seperti biasanya, dia tak menggodaku. Bahkan menyapa pun tidak. Membuatku merasa jengah. Entahlah, rasanya seperti ada yang kurang jika dia datang dan diam seperti itu saja. Melakukan pekerjaannya dengan komputer error di ruanganku. Dia hanya bolak-balik di sekitarku dalam diam. Dia lalu berhenti sejenak, bersandar pada meja kerjaku. Mengambil koran yang ada di atasnya. Dia membuka koran itu lebar-lebar hingga tak mampu kulihat wajahnya sedikitpun. Kuberanikan diri untuk pura-pura ikut membaca halaman depan koran yang dia baca. Separuh berharap dia akan membalik koran tersebut atau malah sengaja menurunkan koran tersebut, lalu wajah kami akan saling tatap. Tapi harapan hanya harapan. Lama kuberpura-pura, dia tak juga membalik halaman koran tersebut. Membuatku bertanya-tanya, adakah dia juga hanya pura-pura membaca?

Siang di hari yang sama, dia muncul lagi. Katanya, ada tasnya yang tertinggal. Sebentar kemudian dia minta izin memakai toilet di ruangan kami. Masih belum juga menyapaku. Aku seolah tersamar di antara kursi dan meja kerjaku baginya. Kuputuskan untuk menyibukkan diri dengan aplikasi game di android-ku. Jujur, aku merasa sedikit kesal karena dia tak kunjung menyapaku. Aku nyaris lupa bahwa ada Surahman di dalam ruanganku ketika tiba-tiba kurasakan sebuah tiupan di layar ponselku. Aku segera menoleh. Dia buru-buru meloncat mundur sambil tertawa dengan wajah jahil. Wajah jahil dengan aura berbeda. Wajah jahil yang mendadak membuat semuanya jadi berbeda. Hari itu, hari terakhir mata kami saling menyapa..

Ya. Sejak kejadian itu, dia tak pernah lagi menatap mataku saat kami bicara berdua. Seolah ada sesuatu yang tak mau dia lihat di dalam mataku. Seolah ada sesuatu di dalam matanya yang tak mau dia perlihatkan padaku. Karenanya, perasaan akrab kami mulai terasa menjadi.. aneh. Perasaan aneh yang kian mengakar ketika dia tetap mampir di ruanganku meski pekerjaannya dia lakukan di ruangan-ruangan lain di sekitar ruanganku. Perasaan aneh yang membuatku berdoa agar komputerku rusak selalu.

***

Pagi itu, aku sedang berbincang seru dengan kawan lama yang baru saja diterima kerja ditempatku. Kebetulan sekali dia ditempatkan satu bagian denganku. Satu ruangan pula. Aku tahu ada Surahman di sana. Sedang mengutak-atik komputer seniorku. Tak lama kemudian dia beranjak. Melewatiku begitu saja. Bahkan, ketika sore itu aku dan kawan lamaku tak sengaja berpapasan dengannya di parkiran, tingkahnya menjadi dingin padaku. Tapi, bukankah.. tak pernah ada apa-apa di antara aku dengannya? Jadi tak masalah jika aku berbincang akrab dengan laki-laki lain, bukan? Lagipula.. ah, sudahlah.

***

Beberapa waktu kemudian, kulihat dia melintas di depan ruanganku menjelang jam kerja berakhir. Hingga jam kerja usai, tak juga kulihat dia keluar. Maka, dengan berlama-lama mengemasi barang-barangku, kuperhatikan dia dari ujung mata. Perlahan dia meninggalkan komputer yang sedang diutak-atiknya. Berjalan menghampiri dispenser dan mengambil air di sana. Dia berdiri sambil memperhatikanku. Kutunggu beberapa saat lalu.. aku menoleh. Dia terkesiap. Buru-buru berbalik, membawa gelas plastik berisi airnya. Kembali ke komputernya lagi. Tak lama, kudengar dia bersiul-siul. Siulan yang membuatku.. tersipu.

Pagi ini, kulihat Surahman sudah ada di ruanganku sambil tersenyum cerah. Menagih sesuatu dari salah satu senior di ruanganku. Seniorku yang lain ikut mengomentari kantong plastik hitam yang dia terima. Dia hanya tertawa, mengatakan itu adalah kue. Boleh dibuka kalau mau melihatnya. Maka seniorku meraih kantong plastik hitam itu, dikeluarkannya sebuah benda yang ternyata sama sekali bukan kue. Itu.. sebuah mobil mainan. Dia tertawa-tawa. Aku berjalan pelan menuju meja kerjaku tanpa berkomentar sementara dia malah bersandar di sana. Dia lantas bercerita bahwa anak lelakinya minta dibelikan oleh-oleh camilan. Tapi, dia berpikir, mungkin sebaiknya dibelikan mainan saja. Jadi, dipesanlah mobil mainan itu dari seniorku. Entah cerita yang ditujukan untuk siapa. Karena sepanjang bercerita, matanya hanya menatap lurus-lurus ke depan. Menerawang entah ke mana. Lalu dia mulai bercerita tentang keinginannya menambah momongan dan kemungkinan menyewa pekerja rumah tangga karena sang istri juga bekerja.

Mendadak, kepalaku berputar-putar. Rasanya, aku seperti terjebak dalam sebuah lingkaran setan. Sebuah kutukan dari Tuhan.. Pelan-pelan aku duduk di kursi kerjaku. Tiba-tiba teringat tempat kerjaku yang lalu, sebuah kantor berita otomotif terkemuka di Jakarta*. Tempat di mana aku juga telah menjadi jeda dalam hubungan rumah tangga orang lain..

***

*sila baca “Suami Orang: Manusia Sempurna”

Untuk Marlina, yang membuat hidup selalu lebih mudah terasa :)

Comments

Popular posts from this blog

untitled: ucapan yang hilang

Jika.

Kehilangan Kata