untitled: pelarian (?)

Rawamangun, 19 Mei 2011

Gara-gara kamu, kini, saya mengungsi ke kampung orang. Satu tempat yang banyak sekali jalan layang. Satu tempat yang sedang saya pilah-pilah dengan cermat, lokasi mana yang paling tepat untuk membuang kamu dari ingatan. Kamu, yang telah sangat mengejutkan saya dengan status pernikahan itu. Ya... ya... meski sejak awal saya memang sudah menduga kalau kamu tak lagi bujang. Tapi, tetap saja... mengejutkan.

Sudah sekian hari sejak saya memutuskan untuk melakukan pelarian. Kabur dan benar-benar hilang. Namun, saya masih juga belum menemukan tempat yang sesuai untuk kamu saya tinggalkan. Mulanya, saya pikir di terminal kamu pasti akan merasa kerasan. Tapi, setelah saya pikir ulang, terlalu banyak asap kendaraan di sana. Kamu bisa kena penyakit paru-paru nantinya. Saya tak mungkin sekejam itu. Lalu, saya pikir, di salah satu kolong jalan layang mungkin akan cocok juga. Tapi, saya lihat terlalu banyak sampah di sana, ditambah beberapa gelandangan. Sekalipun ada taman-taman kecil, tapi di kolong sana terlalu panas saat tengah hari. Pasti juga terlalu dingin saat malam nanti. Tak tegalah saya meninggalkan kamu di sana. Apalagi di tempat saya sekarang belajar praktek. Terlalu banyak bibit penyakit! Tak mungkin saya biarkan kamu ada di sana!

Lantas,
Saya putuskan untuk tetap membawa kamu selama misi pelarian ini. Biarlah, nanti saya carikan tempat yang benar-benar nyaman buatmu. Jadi, sebelum tempat itu saya temukan, saya izinkan kamu menempati ruang tamu di dalam kepala. Duduklah di sana. Duduk diam saja, tak perlu berisik. Kita lari bersama, siap? :)

***

Comments

Popular posts from this blog

untitled: ucapan yang hilang

Jika.

Kehilangan Kata