tentang dia: jalan buntu.

Rawamangun, 17 Mei 2011

Mencintai kamu, terlalu menyakitkan. Melupakan kamu, terlebih lagi...

***

Selamat malam, Tuan! Maaf merepotkanmu di jam-jam seperti ini. Tidak sedang sibuk, bukan? Ah, sepertinya, aku kenal kemeja yang kau kenakan itu. Kemeja kotak-kotak cokelat muda yang menjadi favorit dia. Dia bilang, kau semakin mempesona dalam balutan kemeja itu. Kaos putih ataupun merah, tak jadi masalah. Dia bilang, semua yang menempel di tubuhmu akan selalu terlihat indah. Kemeja, kaos di dalamnya, celana jins, sandal jepit ataupun sepatu, semuanya indah...

Kamu tahu, kenapa aku memintamu datang malam ini? Kurasa tidak. Bahkan kuyakin, kau tak sadar sama sekali kalau salah satu penumpang langgananmu yang paling setia telah hilang dari peredaran. Dia, si gadis yang kemarin dulu kuceritakan padamu. Dia kabur. Mengungsi ke daerah orang. Memang tak sepenuhnya gara-gara kamu. Tapi, dia bilang padaku kalau dia merasa beruntung ditempatkan jauh dari kamu. Dia bilang, dia butuh waktu untuk kembali menata hati. Menguatkan jiwa agar otaknya tak kehilangan logika. Tapi, kamu tahu apa yang lucu? Sejauh-jauhnya dia dari kamu, ternyata, di sana dia menjumpai seorang pria yang namanya serupa kamu! Konyol rasanya! Apakah kamu memang mampu meninggalkan jejak di mana-mana? Di setiap langkahnya? Jangan tertawa! Senangkah kamu melihat dia menderita?

Kamu tahu, usahanya untuk membuang kamu di sana menjadi sia-sia. Bahkan, potret dirimu yang sempat disembunyikan, kini sudah dia tampakkan lagi, sudah dia pandangi lagi. Lebih gila dari itu semua, kini, dia yang sempat bertekad untuk tidak akan bertemu kamu lagi, malah ingin menanti kamu setiap dia pulang di akhir minggu. Aku sendiri, berharap dia tidak akan bertemu kamu. Aku benci melihat dia menyiksa diri dengan terus mencintai kamu. Meski dia sudah tahu tentang keberadaan istri dan anakmu. Meski terang sekali dia tak mungkin bisa memiliki kamu.

Tolong, setelah ini, enyahlah dari sekitar dia dan aku! Tolong, jangan biarkan dia nekat memaksamu selingkuh! Tolong, jangan jadi jalan buntu!!

***

Ini begitu salah...
Tapi ini juga begitu benar untuk aku yang dilanda cintamu yang terus membakar aku,
Cintamu yang akhirnya membunuhku!

(Dewi Dewi-Begitu Salah Begitu Benar)

Comments

Popular posts from this blog

untitled: ucapan yang hilang

Jika.

Kehilangan Kata