cinta maya: apa rasanya?

Ciputat, 2 Mei 2011

Satu hari, kutanyakan pada maya, “Pernahkah kau mencinta?”

Maya tersenyum, “menurutmu?”

“Kurasa tak pernah.” Mantap kujawab pertanyaan maya, “bukankah cintamu bikin dunia tergelak tawa? Menyanyikan lagu cinta pada asap jelaga itu gila, menangisi kepergiannya malah terasa semakin edan! Bukankah kau bahkan tak pernah ada? Bagaimana pula kau mampu mencinta?”

Maya tertawa pelan, “apa yang kau tahu tentang cinta? Kaupikir dunia tahu segalanya? Kaupikir mereka yang menertawakan cintaku tahu tentang cinta? Kurasa mereka bahkan tak tahu bagaimana cara mengeja cinta!”
“cintaku jauh lebih nyata dari cinta siapapun di dunia! Bahkan yang terlihat semegah Prince Charles dan Lady Diana ternyata hanya pura-pura! Cintaku tak akan berkhianat dan tak akan pernah dikhianati! Cintaku tak akan pernah mati! Abadi!”

Aku tercenung sesaat, “lalu, apa rasanya cinta yang demikian? Bahkan yang kaucinta tak pernah tahu cinta itu ada, bahkan dia juga tak pernah tahu kau ada, bagaimana rasanya cinta yang demikian?”

Maya melempar tubuh ke hamparan rumput hijau di bawah kakiku. Menerawang angkasa. Sempat kulihat bulatan air di ujung mata maya. Tepat sedetik sebelum dihancurkan jari telunjuk maya. Menyisakan sewujud keperakan di ujung mata maya.

“seperti yang kaubilang,” tangan maya menjulur ke udara, seakan berusaha menggapai awan. Menggenggamnya dalam kepalan, lalu ia meniup kehampaan saat kepalan tangannya membuka, “rasanya: gila.”

***

Maybe... i’m in love with you...
(Brainstorm - Maybe)

Comments

Popular posts from this blog

untitled: ucapan yang hilang

Jika.

Kehilangan Kata