Tentang Dia: Layang-layang

Ciputat, 09-18 Januari 2014

Mereka menghiasi angkasa dengan warna-warni menggoda. Tetapi, percayalah sayang, terkadang mereka selalu lebih indah dipandangi saat melayang nun jauh di atas sana..

***

Selamat malam, hai kamu. Sehat sehat saja kan? Aku selalu mendoakan yang terbaik bagi kamu. Sungguh. Terutama karena kini, kamulah yang seharusnya menjaga dia untukku. Kamu.. serius akan menjaganya untukku, bukan? Bisakah kamu berjanji? Hmm?

Tahukah kamu, beberapa minggu yang lalu, tak lama setelah kuserahkan dia kepadamu, dia datang kepadaku dengan wajah sayu. Katanya dia bermimpi. Mimpi yang sangat mengerikan. Dia merasa mungkin itu sebuah pertanda. Entahlah, sesungguhnya dia tak begitu percaya pada hal-hal semacam itu tetapi kali ini tiba-tiba dia berpikir demikian. Kurasa, sejak mengenalmu, dia memang jadi sering memikirkan hal-hal yang sebelumnya tak pernah terlintas sedikitpun dalam benaknya.

Bukan hantu, bukan. Kamu pikir dia bermimpi tentang hantu? Tentu bukan. Dia bermimpi bermain layang-layang. Apakah kamu suka bermain layang-layang? Menyenangkan bukan? Tetapi sayangnya, di dalam mimpinya, bermain layang-layang rupanya tak begitu menyenangkan.

Dia bercerita padaku, di dalam mimpinya angin berembus begitu kuat. Layang-layang yang dia terbangkan ke angkasa terus saja bergerak liar. Bahkan, benang yang digenggamnya pun terurai habis. Lantas dia berusaha mempertahankan ujung benang terakhir yang tersisa dalam genggamannya. Dia berusaha menggenggam erat-erat hingga merasakan perih di kedua telapak tangannya. Dia terus berusaha, tetapi angin berembus semakin kuat, layang-layang yang dia terbangkan semakin tak terkendali, sementara kedua telapak tangannya semakin teriris. Hingga akhirnya.. dia putuskan untuk melepaskan ujung benang terakhir yang ada dalam genggaman tangannya itu. Dia hanya bisa memandangi layang-layang miliknya terus melayang entah ke mana. Lalu dia menatap kedua telapak tangannya yang perih. Kedua telapak tangannya penuh goresan luka akibat berusaha menggenggam benang terakhir tadi erat-erat. Di dalam mimpinya, dia tidak mendapat apa-apa. Layang-layang yang indah itu akhirnya terpaksa dilepaskan karena berusaha mempertahankannya justru membuat dia terluka.

Bagaimana menurutmu? Mimpi itu.. mengerikan sekali bukan? Aku berusaha meyakinkan dia bahwa itu hanya bunga tidur semata. Tetapi nampaknya dia tak mendengarkanku. Maukah kamu meyakinkan padanya? Buatlah dia yakin bahwa itu hanya bunga tidur semata. Yakinkanlah dia.. Bolehkah aku memohon agar kamu mau meyakinkan dirinya? Ini untukku, bukan untuk dia.. bagaimana?

Atau.. jangan-jangan kamu juga berpikir.. mimpi itu sungguh sebuah pertanda?

Hmm?

***

Comments

  1. "Semakin dipertahankan semakin sakit rasanya". Saya mendapatkan sebuah makna terpendam dalam tiap rangkaian kata yang kau buat.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

untitled: ucapan yang hilang

Jika.

Kehilangan Kata