Perhitungan Pikiran

Ciputat, 26 Juli 2013

Apakah di dunia ini benar-benar ada beberapa hal yang hanya perlu dijalani tanpa perlu diperhitungkan lagi?

***

Hati bergelayut pada sandaran kursi kerja Pikiran, memperhatikan tangan-tangan Pikiran mencoreti kertas di hadapannya. Sudah beberapa hari ini Pikiran tak juga beranjak dari kamar kerjanya. Dia sibuk mengutak-atik sejumlah variabel. Kertas-kertas berisi coretan angka bertebaran di seluruh meja kerjanya. Raut wajahnya terlihat serius sekali. Saya mulai khawatir kami semua bisa jatuh sakit jika dia terus-terusan bekerja lewat waktu seperti ini.

Sejak kelahiran kembali Hati, Pikiran memang berubah menjadi sosok yang waspada berlebihan. Saya kira dia hanya merasa bertanggung jawab pada kematian hati beberapa tahun yang lalu hingga tak mau kejadian yang sama terulang lagi. Saya bahkan merasa perhitungan Pikiran untuk menyeleksi kamu semakin ketat sekarang. Dia selalu saja berhasil menemukan nilai-nilai yang tak sesuai pada kamu semua. Lantas dia akan menyodorkan hasil perhitungannya itu pada Hati, bahkan separuh memaksa Hati untuk tak semudah itu membiarkan kamu singgah di teras rumah Hati. Tak jarang diskusi mereka berdua berujung pada adu mulut yang panjang.

Untuk kamu, Pikiran bahkan sudah menolak habis-habisan sejak awal. Dia bilang manusia sewujud kamu tak pernah ada dalam daftar manusia yang dirasanya pantas buat kami. Dia bilang semua variabel dalam dirimu terlalu asing. Dia bilang, tak ada satupun yang akan pantas buat kami. Bahkan dia yakin, ada sesuatu yang salah pada kamu hingga kamu tak mungkin dibiarkan menjadi tamu kami. Semua hasil perhitungan Pikiran selalu berakhir negatif. Itulah kenapa Pikiran sudah berhari-hari ini menghitung ulang semuanya.

Keheningan ruang kerja Pikiran tiba-tiba pecah. Saya kaget setengah mati ketika Pikiran membanting setumpuk kertas bercoretkan tinta merah di hadapan Hati. Dia membentak Hati, menunjuk kertas-kertas yang kini berantakan di atas lantai. Dia bilang, berhentilah bermain-main dengan kamu. Dia bilang, dunia kamu dan dunia kami terlalu bertolak belakang. Dia bilang, mungkin kami bisa beradaptasi dengan mudah dalam dunia kamu, tapi belum tentu kamu bisa. Dia bilang, kami perlu mengubah kamu secara keseluruhan agar pantas mendampingi kami dan itu dirasanya buang-buang waktu. Menurut Pikiran, ada bermilyar manusia di luar sana yang mungkin salah satunya benar-benar sesuai dengan perhitungannya. Dia minta Hati tak terburu-buru membuat keputusan, karena Pikiran masih meyakini bahwa ada sesuatu yang salah pada kamu.

Hati perlahan memunguti kertas-kertas di atas lantai sementara Pikiran melangkah ke luar ruangan dengan wajah kusut. Hati membolak-balik lembar demi lembar kertas yang dilemparkan Pikiran padanya. Kertas yang bercoretkan tinta merah berlambang negatif di sana-sini. Hati lantas menoleh pada Saya,

“Apakah Pikiran benar? Apakah ini semua hanya karena aku merasa teras rumah terlalu sepi? Ataukah.. ada beberapa hal yang memang cukup dijalani tanpa perlu diperhitungkan lagi?”

Saya hanya diam, terlalu terkejut dengan pertanyaan Hati hingga tak sanggup menyahut sama sekali.

***

Stand by me, nobody knows the way it’s gonna be

Stand by me, nobody knows the way it’s gonna be

(Oasis – Stand By Me)

Comments

Popular posts from this blog

untitled: ucapan yang hilang

Jika.

Kehilangan Kata