Tanpa Nama

Ciputat, 23 Juli – 28 Agustus 2012

Pernikahan. Sebuah kata yang semestinya menjadi pangkal dari segala kebahagiaan. Menikahi orang yang kaucintai. Menikahi orang yang mencintaimu. Bertahun kebersamaan yang membuat kalian memutuskan untuk menikah. Pernikahan. Memang sudah semestinya bikin semua orang berbahagia. Keluarga, teman, bahkan mungkin ‘mantan’. Namun, bagaimana jika, ada seseorang di luar sana yang tak pernah masuk ke dalam kategori manapun? Bagaimana dengan seseorang itu? Haruskah dia juga merasa bahagia untukmu?

Dia, yang tak pernah masuk ke dalam kategori manapun itu, bukan keluarga. Dia tak pernah lagi kauanggap teman. Tetapi, dia juga tak pernah resmi menjadi seorang ‘mantan’. Dia bahkan tak pernah kaujadikan kekasih hati. Dia hadir begitu saja. Mengisi hari-harimu dulu. Bertahun lalu. Saat kalian muda belia.

Saat kalian belajar mengenal sebuah rasa yang ternyata memiliki daya magis luar biasa, yang mampu memikat, yang mampu mengikat, siapa saja, di mana saja, kapan saja. Saat kalian belajar betapa hidup ini indah sesederhana dengan berada dekat satu sama lainnya. Saat kalian belajar memiliki dan dimiliki tak harus digaungkan ke mana-mana. Saat kalian belajar perasaan hebat yang terlanjur merajai jiwa itu ternyata bersahabat dekat dengan perpisahan. Bersahabat dekat dengan sakit hati berkepanjangan yang kalian kira akan pupus seiring dengan bertambahnya kematangan usia. Ah.. dia yang tanpa-nama itu. Jadi, bagaimana dengan dia? Dia yang sudah mengalami surga dan neraka jiwa itu.. haruskah dia merasa bahagia untukmu?

Si tanpa-nama itu mencintaimu. Pernah, masih, dan mungkin akan selalu mencintaimu. Hanya tak pernah sempat disampaikan padamu. Hingga dia terus berdoa semoga kau tidak lekas menikah. Mungkin malah tidak akan menikah. Agar suatu hari ada kesempatan baginya menyampaikan sebungkus rasa hati yang sudah basi. Doa yang dibantah Tuhan dengan kehadiran sepucuk undangan pernikahan darimu hari ini. 

Pernikahan. Seharusnya membahagiakan semua orang. Keluarga, teman, bahkan ‘mantan’. Tapi dia bukan siapa-siapa. Jauh dari keluarga, bukan lagi seorang teman, dan sayangnya tak pernah mendapat gelar ‘mantan’. Maka, masihkah dia memiliki kewajiban untuk turut berbahagia atas pernikahanmu? Masihkah? 

***

“Sometimes it lasts in love, but sometimes it hurts instead..”

(Adele – Someone Like You)

Comments

Popular posts from this blog

untitled: ucapan yang hilang

Jika.

Kehilangan Kata