matahari dan bumi

Aku adalah matahari.
Kau adalah bumi.

Kau berputar di sekelilingku. Aku telah menjadi porosmu selama jutaan tahun. Tidakkah kausadari itu?
Memang. Kadang sebagian dari dirimu tak melihat keberadaanku. Kau tahu kenapa? Itu karena kau seringkali membelakangi diriku. Memunggungi aku. Aku, satu-satunya yang tanpa letih terus menyinarimu. Tak peduli meski kau tak melihatku. Tak peduli meski kau tak mengacuhkanku. Aku akan terus bersinar untukmu. Menghangatkanmu dengan kasihku.

Mungkin, kau cukup menahan amarah ketika cahayaku terasa terlalu menusuk. Bukan lagi hangat tapi justru panas menyengat. Maaf, bukan maksudku untuk menyakitimu. Bukan maksudku untuk bersikap terlalu protektif padamu. Kau tahu, aku hanya takut kau akan mati beku jika tak ada aku di dekatmu. Aku takut jika sedetik saja aku mengurangi cahayaku, jika sedetik saja aku berhenti bersinar, kau akan berhenti bergerak. Berubah pucat. Tak ada kehidupan... Ah! Sungguh! Membayangkannya saja sudah membuat bulu kudukku berdiri tegak.

Ya. Aku tak masalah jika kau tak berkenan melihatku. Jika kau lebih tertarik pada bintang-bintang lain yang lebih cantik dari aku. Aku tak apa-apa. Aku senang bisa menjadi penghangat bagimu. Bisa memberimu kehidupan, meski kau tak pernah menyadarinya. Ya. Aku tak keberatan. Selama kau tetap pada orbitmu. Selama kau tetap berputar di sekelilingku. Selama aku tetap bisa melihatmu. Selamanya.

---

Comments

Popular posts from this blog

untitled: ucapan yang hilang

Jika.

Kehilangan Kata