tentang dia: nyanyian

Kerongkonganku tiba-tiba mengering ketika suara gitar itu terdengar. Nyanyianmu yang serak membuat jantungku bergeser dari posisinya semula. Aku melirik gadis itu. Dia diam tak bersuara. Lagu itu, aku hapal betul tiap bait nadanya, satu lagu yang dulu menimbulkan jutaan tanda tanya dalam benaknya. Benak dia, si gadis yang kauberi lagu itu. Apa dulu katamu? Tak sengaja ya?

Nyanyianmu kian nyaring terdengar. Dia masih tak menunjukkan ekspresi apa-apa, selain sedetik keterkejutan saat pertama mendengar lagu itu kaunyanyikan tadi. Kini, wajahnya masih dingin dan sulit kuterka maknanya. Sungguh, rasanya aku ingin melemparmu dengan sepatu kets-ku. Mungkin juga menyumpal mulutmu dengan salah satu kaus kakiku. Aku tak habis pikir, kenapa pula kaunyanyikan lagu itu? Bukankah sudah jelas bahwa dia bersusah payah menganggap ketololannya dekat denganmu itu tak pernah terjadi? Tidakkah kautahu, sebait nyanyianmu itu membangkitkan lagi apa yang berusaha dia kubur hidup-hidup? Tidakkah kautahu?

Nyanyianmu belum juga berhenti. Dia mulai membuka folder kertas-kertasnya, mencoreti sesuatu di sana. Sepertinya dia sedang berusaha menulikan telinga. Menganggap suaramu sebagai kentut yang tak bernyawa. Tak ada artinya. Ih! Kenapa sih tak kauhentikan nyanyianmu itu? Apa kau bermaksud memperjelas keadaan? Bahwa kau kini bersama si perempuan itu dan ketololan dia harus segera dibuang dan hubunganmu dengannya harus kembali senormal saat pertama berjumpa, begitu? Benar begitu? Atau ini hanya tuduhanku saja?

Nyanyian itu semakin menyerupai desingan nyamuk di telingaku. Dia masih tak bersuara. Aku tahu dia enggan berkomentar meski tahu lagu itu, meski tadi dia bahkan sempat ikut tertawa saat beberapa kawan mendendangkan lagu dangdut. Tidak, aku tahu dia tidak akan mengomentarimu. Sudah! Hentikan nyanyian busukmu itu! Dia tak akan berkomentar!!! Tolong, hargailah dia!!! Hentikan nyanyianmu!!!!

Suara gitar itu akhirnya redup juga. Tuhan mengabulkan doaku lebih cepat. Serakmu tak lagi terdengar. Hilang. Tepat ketika serombongan perempuan masuk. Termasuk juga dengan perempuanmu. Aku bersorak dalam hati. Dia sudah berhenti mencoreti kertas-kertas folder-nya. Nun jauh di dalam hatinya aku mampu mendengar kini dia bernyanyi, pelan...

Lepaskanku segenap jiwamu... tanpa harus kuberdusta...
Karena kau lah satu yang kusayang... dan tak layak kau didera...

[lirik lagu dikutip dari Dewi Lestari feat. Aki Alexa - Peluk]


---------

Ciputat, 6 Oktober 2010

Comments

Popular posts from this blog

untitled: ucapan yang hilang

Jika.

Kehilangan Kata