menikahi langit [sebuah karya tidak jelas yang dibuat dengan kondisi emosional tinggi]

aku kehilangan suara saat sahabatku satu satunya berkata dengan bahagia,

"aku akan menikahi langit, bram!"

ia menggenggam tanganku kuat kuat,

"aku jatuh cinta pada langit!"

wajahnya berseri seri. dilepasnya tanganku, lantas ia menari nari. ia berlari keluar dari studio lukisku, bergerak menuju balkon dan terus menari dengan senyum cerahnya. roknya bergerak dengan indah mengikuti tubuh melodi yang terus berputar putar riang.
kukumpulkan suaraku lagi untuk bertanya padanya,

"apakah..langit juga mencintaimu, mel?"

melodi berhenti menari. ia menoleh ke arahku. terlukis keraguan di wajahnya. tapi kemudian ia tersenyum. berjalan menghampiriku dengan sangat anggun. ia mengangguk,

"tentu saja!"

aku bertanya lagi, ragu, "langitkah yang bilang bahwa ia mencintaimu?"

melodi menggeleng, ia meremas bahuku,

"langit tak perlu bilang cinta padaku, bram.. aku dapat merasakannya! langit selalu mengerti apa yang kurasakan di dalam hatiku, bram.."
melodi berbalik, melompat seanggun balerina menuju balkon lagi.
melodi memandangi langit,
"tidakkah kau lihat, bram? warnanya hari ini biru seperti hatiku.." ia menoleh padaku, aku menghampirinya. berdiri tepat di sampingnya.

"saat aku sedih, langit menurunkan hujan untukku..saat aku marah langit ikut menjerit lewat petirnya..", melodi menoleh ke arahku, "langit mencintaiku, bram.. sangat mencintaiku.."
ia bicara lembut sekali. nyaris berbisik.

aku membelai pipi melodi pelan. matanya memancarkan rasa cinta yang nyata. rona merah jambu di pipinya melukiskan betapa ia memang sedang dimabuk asmara. melodi meraih tanganku yang menempel di pipinya,

"rasakan debaran jantungku ini, bram..", ia membimbing tanganku menuju dadanya, "kau rasakan itu? jantungku juga bilang bahwa langit mencintaiku!"

aku tersenyum, menepuk kepala melodi pelan.

"kalau begitu, izinkan aku untuk mengurus pernikahanmu dengan langit.."

melodi ternganga kaget,
"tak perlu, bram..aku akan mengurus semuanya sendiri..aku dan langit.." ia menggeleng.

"aku serius, mel..anggap saja ini hadiah dariku.." aku berusaha meyakinkan, tapi melodi tetap menggeleng.

"tidak perlu, abraham sayang..mungkin nanti aku hanya akan datang padamu untuk meminta sedikit saran..konsentrasilah pada anakmu yang akan segera lahir itu.."

aku melirik kanvasku yang masih polos. bagi melodi, lukisan adalah anakku.

"yaah, asal kau ingat saja untuk meminta pendapat dariku..ya?"

melodi mengangguk.

"aku pulang sekarang ya, mungkin lusa aku mampir..mungkin juga akan kukenalkan kau pada langit.." ia tersenyum.

"sampaikan salamku pada langit ya.."

"pasti!"

ada perasaan mengganggu di hatiku. ah..semoga langit tidak menyakiti sahabatku. semoga..

***

sudah seminggu, melodi belum juga muncul di rumahku. sesibuk itukah mengurus pernikahan dengan langit?
tiba tiba pintu kamarku terbuka, melodi berlari ke dalam pelukanku. ia terisak.

"pernikahanku batal..pernikahanku batal.."

"kenapa mel? kenapa batal? bukankah kau bilang kalian saling cinta?" perasaan tak enak itu muncul lagi.

"aku salah, bram..aku salah mengartikan perhatiannya padaku.. kupikir langit hanya menaungi diriku..aku salah ternyata, langit menaungi jutaan makhluk hidup di muka bumi..bukan cuma aku!"

melodi mendongakkan wajahnya dan menatap mataku lekat lekat. berusaha membagi kesedihannya padaku, kesedihan yang tergambar jelas di matanya, di wajahnya, di tiap bulir air matanya..

"kau akan mendapatkan yang lebih baik, mel..Tuhan sudah menyiapkan yang lebih dari langit, untukmu mel..hanya untukmu, percayalah.." aku berusaha menghibur.

melodi berdiri, melangkah lemah menuju balkon. ia memandangi langit,

"langit tak peduli lagi padaku, aku menangis sementara ia malah asyik bercanda bersama burung burung dengan warna birunya.."

mendadak, aku kehilangan suara [lagi] untuk menghiburnya. kubiarkan melodi menikmati langit di balkon. cuma itu yang bisa kulakukan pada sahabatku yang jatuh cinta pada langit. sosok yang memang tak mungkin dimiliki dirinya seorang.

Comments

Popular posts from this blog

untitled: ucapan yang hilang

Jika.

Kehilangan Kata