Air Di Dalam Gelas
Jombang, 28 Februari - 01 Maret 2018
Maybe we could divide it in two
Maybe my animals live in your zoo
Maybe I’m in love with you…
(Brainstorm - Maybe)
***
Sudah beberapa jam kau memandangi
segelas air yang disodorkan Tuhan ke hadapanmu. Orang – orang bijak mengatakan,
kau tak boleh menolak pemberian Tuhan. Namun, apa yang akan kau lakukan
terhadap segelas air itu? Kau masih belum mampu memutuskannya. Segelas air itu
tidak nampak berbahaya di matamu, tapi kau tak pernah tahu apa yang terkandung
di dalam cairan bening tersebut. Kau berusaha mengingat-ingat pelajaran kimia
semasa sekolah dulu, apakah ada zat beracun yang tidak berwarna dan tidak
berbau tajam? Tapi, lantas kau merasa begitu hina karena berpikir mungkin Tuhan
berusaha meracuni dirimu. Meski tak bisa kauingkari bahwa pikiran itu tak mau
enyah dari dalam kepalamu. Pikiran bahwa Tuhan mungkin berusaha meracuni dirimu
yang selama ini acap kali meragukan keberadaan-Nya. Pikiran bahwa mungkin Tuhan
kepengin kau menghadap kantor-Nya lebih cepat untuk membayar keraguanmu
terhadap-Nya selama ini. Namun, bisa jadi segelas air itu sungguh diberikan
padamu untuk melepas rasa dahagamu. Bukankah kau seharusnya berprasangka baik
terhadap Tuhan?
Kau menyentuh gelas itu dengan ujung
jari – jari tanganmu. Bulu romamu seketika berdiri karena ternyata gelas itu dingin
sekali. Kau semakin bertanya – tanya, sesungguhnya dari mana Tuhan mengambil
air di dalam gelas tersebut? Lagipula, kenapa air dalam gelasnya hanya terisi
separuh? Pertanyaan – pertanyaan semakin memenuhi kepalamu, apakah Tuhan ingin
kau berpikir Dia memberimu gelas yang terisi separuh penuh? Ataukah Tuhan ingin
kau berpikir Dia memberimu gelas yang terisi separuh kosong? Lalu, dengan air
sedingin itu, apakah Tuhan ingin kau meneguknya segera atau Tuhan ingin kau
menghangatkannya lebih dulu? Kau memejamkan matamu kuat – kuat karena tak bisa
memutuskan pilihan apapun. Kau harap saat membuka mata, Tuhan mau memberikan
sedikit saja petunjuk agar kau tahu apa yang harus kau lakukan terhadap segelas
air yang Dia sodorkan padamu.
Dalam pejaman matamu, kau seolah
terbang melayang di angkasa. Di bawah kakimu, sungai mengalir. Air mengalir
mengisi ruang – ruang kosong di sepanjang lembah sungai. Air menelusup melewati
celah bebatuan. Di beberapa titik, aliran air begitu deras hingga membuat
jantungmu berdegup kencang. Di titik lainnya, aliran air begitu tenang.
Ketenangan yang membuatmu ingin sekadar membasuh kaki dan muka sejenak di sana.
Matamu terus menelusuri aliran air sungai tersebut. Matamu sibuk mencari, ke
mana air sungai itu bermuara. Matamu yang kemudian tak bisa menutupi
kekecewaannya karena kabut tebal menutupi hilir sungai yang kaucari. Kau hanya
bisa menduga – duga, ke mana air sungai tersebut bermuara.
Lalu kau membuka kedua matamu,
mengerjapnya perlahan, berusaha melirik Tuhan dan mencari petunjuk yang
kauharapkan. Namun, tak ada siapa – siapa lagi di sana. Jantungmu berdegup tak
keruan, perutmu terasa melilit, tanganmu bergetar. Segelas air masih tergeletak
di hadapanmu. Segelas air yang disodorkan Tuhan berjam-jam lalu ke hadapanmu. Segelas
air pemberian Tuhan yang menurut orang – orang bijak, tak boleh kautolak. Segelas
air yang kini seolah berbisik pelan,
“apa yang akan kau lakukan
terhadapku, sayang?”
terimakasih dan salam,
ReplyDeletehttps://ruangguru.com/