Sepotong Kue Manis

Ciputat, 12 – 14 Februari 2016

“Talk to me baby
I’m going blind from this sweet, sweet craving
Let’s lose our minds and go fucking crazy
Ah yayayaya I keep on hoping we’ll eat cake by the ocean..”

(DNCE – Cake By The Ocean)

***

Sepotong Cheese Cake kusuapkan ke dalam mulut. Sementara perempuan di hadapanku menyesap teh peppermint dari cangkirnya sambil tetap membaca novel yang dipegang olehnya. Hari ini dia membaca ulang Pride and Prejudice dengan khusyuk. Aku suka melihat ekspresi wajahnya saat membaca. Rambut ikalnya yang tak pernah melebihi leher itu akan menjuntai sedikit saat dia menunduk menyusuri kalimat-kalimat di dalam buku. Ah, bahkan aku juga suka ekspresi wajahnya saat dia menolak memakan kue dari sendokku. Wajahnya akan merengut dan dia akan menggeleng tiap kali aku mencoba menyuapkan sesendok ke dalam mulutnya.

“Aku ngga suka manis.”

Begitu selalu katanya.

Dulu. Dulu sekali aku pernah menanyakan alasannya. Alasan kenapa dia tak suka manis.

Dia mencondongkan tubuhnya ke arahku dan berbisik pelan,

Diabetes Mellitus. Orang awam biasa menyebutnya penyakit gula.” Dia menunjuk kue di sendokku, “ini salah satu penyebab penyakit itu. Hih.”

Aku tertawa pelan. Kukatakan padanya bahwa hidupku sudah terlalu hambar, hatiku kurang asupan yang manis-manis, maka kumanjakan lidahku sebagai gantinya.

Dia balik tertawa saat mendengarnya. Lantas dia menutup buku yang saat itu dipegang olehnya dan meletakkannya di atas meja. Wajahnya berubah serius hingga membuatku tersenyum.

“Kamu tahu ngga, penyakit itu bahaya loh. Penderita penyakit itu kalau bisa jangan sampai terluka. Luka sedikit saja, bisa lama sekali untuk sembuh. Bahkan, lukanya lama-lama bisa membusuk. Kalau sudah membusuk biasanya dokter akan memutuskan untuk amputasi sebelum makin menyebar ke jaringan di sekitarnya.” Dia lalu menopang dagu dengan kedua tangannya di atas meja, matanya menatapku dengan jenaka, “Coba bayangkan, hal yang sama terjadi di hati kamu. Hayo..”

Aku tersenyum sendiri mengingat kejadian itu. Kusuapkan lagi sesendok Cheese Cake ke dalam mulut sebelum kusadari perempuan di hadapanku ternyata kini mengalihkan matanya kepadaku.

“Kamu kok senyum-senyum sendiri sih?” Katanya penuh curiga, “Ngebayangin aneh-aneh ya? Ih…”

Aku tertawa dan menggeleng. Sontak aku teringat pada pria yang kami bicarakan di kafe ini minggu lalu. Kutanyakan padanya tentang pria itu.

Dia mengangkat bahu, menyesap teh di cangkirnya sekali lagi.

“Dia.. sempurna sekali. Tapi, kamu tahu aku lah. Aku ngga suka yang manis-manis.”

***

Comments

Popular posts from this blog

untitled: ucapan yang hilang

Jika.

Kehilangan Kata