Tiga Dalam Satu

Ciputat, 28 April 2014

“Tubuhku butuh kamu tapi tak bisa rasa seperti dulu.. rusak sudah aku..”

Anji – Berhenti di Kamu

***

Detak jarum jam terdengar semakin nyaring seiring malam yang kian hening. Sepasang mata yang kelopaknya membuka dan menutup perlahan itu tampak lelah memandangi langit-langit kamar tidur yang bebercak bocoran air hujan. Sudah seminggu ini gadis itu sakit, menelan apapun sulit, seluruh tubuhnya nyeri jika digerakkan, dan setiap malam dia tak bisa tidur semudah biasanya. Dia berusaha tak mengaitkan sakitnya itu dengan keputusan sang kekasih untuk mengakhiri hubungan mereka. Tidak. Sama sekali tidak.

Malam ini, dia sudah terbaring di atas ranjang sejak tigapuluh menit yang lalu. Kepalanya pusing tak tertahankan. Dia hanya ingin tidur. Tetapi, ada yang tak bisa berhenti berdebat di dalam kepalanya. Tiga suara yang berisik itu seolah tak mengizinkan gadis itu untuk segera terlelap.

“aku butuh dia!” Tubuh berseru lantang, “aku merindukan setiap jengkal sentuhan jemari nya.. tak bisa kupungkiri.. kehilangan kendali diri di bawah bius jemari itu telah menjadi candu bagiku. Aku butuh dia! Mengerti lah!”

Hati menatap Tubuh dengan mata kosong. “A-aku belum berhasil memberi nama untuk apa yang kurasakan. A-aku.. juga butuh dia. Sedikit lagi. Hanya hingga.. hanya hingga aku berhasil memberi nama untuk apa yang kurasakan ini. A-aku tahu dia bukan seseorang yang kita inginkan. Tapi, sungguh.. aku tak tahu kenapa aku bisa merasakan hal semacam ini. T-tapi.. biarlah.. biarlah kita di sini dulu.. kalian tahu aku pernah membuat keputusan fatal. A-aku hanya tak ingin mengulangi kesalahan yang sama.. mengerti lah..”

“KALIAN GILA!” Pikiran tegas menentang Tubuh dan Hati. Dadanya naik turun dengan cepat. Matanya bergelora. Pikiran menatap Tubuh dan hati bergantian. Keduanya menunduk, menghindari tatapan mata yang menusuk itu. “Dia itu sampah! Kita sudah sepakat bukan? Aku tak mau kehilangan kecerdasanku begitu saja! Kita bukan boneka yang bisa dipungut atau dibuang sesukanya, bukan? Kita sudah sepakat! Jangan egois! Kemana pergi nya harga diri kalian? Kalian biarkan dia mengambil segalanya? Harus berapa juta kali kukatakan pada kalian? Kalian bodoh!”

Pikiran mengambil nafas dalam. Ia memejam lalu menggeleng pelan dan memijit pelipisnya sedikit. Ada yang meleleh keluar dari dalam matanya. Sesuatu yang bening dan terasa hangat. Sebening hasrat Tubuh untuk kembali ke dalam dekapan dia seorang. Sehangat rasa Hati yang tak bernama untuk dia seorang.

“Kalian bodoh..” Pikiran menggumam, “aku lebih bodoh lagi. Karena membiarkan kalian yang bodoh untuk mengambil alih segalanya.. lalu membuat keputusan-keputusan gila ini..”

Tubuh dan Hati saling tatap tanpa suara.

Dia masih memandangi langit-langit kamar tidurnya. Tak lagi ingat berapa lama dia belum bisa tertidur juga. Pusing di kepalanya semakin menjadi jadi. Dia hanya ingin tidur sekarang. Lalu, bangun lima tahun kemudian.

***

Comments

Popular posts from this blog

untitled: ucapan yang hilang

Jika.

Kehilangan Kata