Suami Orang: Perpustakaan

Ciputat, 29 Februari 2012 – 30 April 2013

Dia tahu. Semua rahasianya terbongkar ketika matamu tak sengaja berjumpa dengan matanya. Ketika tubuhmu tak sengaja merapat dengan tubuhnya. Ketika kamu tak sengaja berpapasan dengannya di lorong penyimpanan tas itu. Pada suatu siang, di sebuah perpustakaan..

***

Sudah berbulan-bulan dia memperhatikanmu. Kamu yang menurut dia bertampang terlalu garang untuk berada di antara begitu banyak rak buku. Terlalu garang untuk ada di sebuah perpustakaan. Kamu yang selalu datang tepat setelah jam makan siang usai. Kamu yang akan datang dengan tas punggungmu yang besar. Kamu yang telah mencuri salah satu ruang pikirannya berbulan-bulan lalu.

Saat itu, dia melihatmu untuk yang pertama kalinya. Kamu yang berseragam lengkap. Setelan hijau tua dengan jahitan pangkat-pangkat yang tidak pernah dia pahami sama sekali. Mulanya dia pikir, kamu pasti hanya tersesat saja sampai di perpustakaan itu. Tapi ternyata tidak. Kamu sungguhan menghampiri pustakawan di sana. Menanyakan sejumlah buku teori fisika. Lantas, dia terpana.

Sejak saat itu, dia sering memperhatikanmu. Memang, tidak setiap hari dia ke perpustakaan itu. Sama seperti kamu. Tapi, dia cukup senang karena kalian acap kali berkunjung di hari yang sama. Bukan, bukan karena dia pernah melihatmu dengan seragam lengkap. Dia tidak pernah tertarik dengan seseorang karena hal-hal sedangkal itu. Buku-buku yang kamu bacalah yang membuatnya tertarik. Keseriusanmu saat berkutat dengan mereka semakin membuatnya kagum. Ditambah keramahanmu tiap bertanya pada pustakawan di sana. Keramahanmu saat berbagi meja dengan pengunjung lainnya. Keramahan tulus yang tidak dibuat-buat. Selama ini dia pikir orang-orang sepertimu cuma senang pamer kekuasaan. Cuma senang menakut-nakuti orang dengan seragam dan jahitan simbol-simbol itu. Dia pikir kalian hanya sekumpulan orang arogan. Tapi ternyata ada satu yang seperti kamu.. kamu, yang mencuri salah satu ruang pikirannya secara terang-terangan.

Siang itu, di dalam lorong penyimpanan tas, dia sedang sibuk mengeluarkan komputer jinjingnya untuk dibawa masuk ke dalam ruang baca. Lorong penyimpanan yang berisi loker-loker besi tinggi dan besar. Terdiri dari banyak sekali loker kecil untuk pengunjung menyimpan tasnya. Dia selalu meminta kunci loker yang letaknya cukup rendah untuk dijangkau tubuh mungilnya. Dia berlutut sedikit, terlalu sibuk hingga mengabaikan keberadaan seseorang di balik punggungnya. Ketika dia berdiri dan berbalik, dunianya seolah membeku. Kamu berdiri di hadapannya. Sedang meletakkan tas punggung besarmu di loker kecil yang ada di atas kepalanya. Kamu yang sudah sejak lama tak lagi memakai seragam lengkapmu itu. Kamu yang tak dia harapkan untuk melihatnya saat itu. Kamu yang malah melirik dia. Menangkap rahasia kecil yang dia sembunyikan di dalam matanya. Kamu segera mundur. Dia tertunduk dengan wajah merona kemerahan, lalu buru-buru menelusup di bawah lengan besarmu dan pergi dari sana.

Sejak detik itu lah, matamu tak henti mencuri pandang ke arahnya. Bikin dia semakin menenggelamkan wajahnya dalam-dalam ke buku yang sedang dibacanya. Bahkan dia masih tertunduk ketika kalian keluar perpustakaan di waktu yang bersamaan. Kaki kecilnya melangkah terburu-buru menuju halte bus karena kamu berjalan di belakangnya. Di halte bus itu, akhirnya kamu menyapa,

“Sering ke perpustakaan itu juga, ya?”

Dia mengangguk pelan. Masih belum berani menatap wajahmu. Kamu tersenyum maklum. Lalu kamu keluarkan susu kotak dari dalam tas punggung besarmu, menyodorkan ke arahnya.

“Mau? Saya bawa lebih..”

Dia melirik susu kotak yang kamu sodorkan. Matanya menangkap lingkaran berkilau di jari manismu. Benda yang nampaknya sengaja kamu perlihatkan kepadanya. Dia mengangkat wajahnya dan akhirnya memberanikan diri untuk menatap matamu. Ada keterkejutan dan kekecewaan di dalam sinar matanya. Sinar dari mata bulat polos yang sudah berbulan-bulan ini mengikuti gerak-gerikmu di perpustakaan. Kamu cuma tersenyum. Ragu, dia meraih susu kotak yang kamu tawarkan dan berbisik ‘terima kasih’ pelan sekali. Dia kembali tertunduk. Menyedot susu kotak itu sedikit demi sedikit. Manisnya rasa cinta istri yang membekali susu kotak itu padamu, ikut menelusup dalam indera pengecapnya.

Saat itu, kamu sudah tahu, mata bulat polos itu akan berhenti menjadikan dirimu sebagai porosnya. Mata bulat polos yang akan kamu rindukan saat berkunjung ke perpustakaan..

***

Comments

  1. bingungg.. yg angkatan itu yg cwo ya? Baca ekspress soalnya.haha
    gak nyoba nulis di wattpad kah dirimu?

    ReplyDelete
  2. iya, yang angkatan yang cowo.. XD aduh, wattpad itu apa ya? udah enak di blogger sih.. ^^;;

    ReplyDelete
  3. itu susunya bawa lebih? aduh istrinya pengertian sekali kalo suaminya mau selingkuh #lah #salahfokus :P

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

untitled: ucapan yang hilang

Jika.

Kehilangan Kata