tentang dia: demensia

Ciputat, 10-11 Januari 2012

were you telling lies?
(on the night before)
was I so unwise?
(on the night before)
when I have you near you were so sincere
treat me like you did the night before..
(The Beatles – The Night Before)

***

Halo, kamu. Apa kabar? Sesungguhnya aku berharap kamu baik-baik saja. Sehat sejahtera. Tapi, entah kenapa, aku justru merasa khawatir padamu. Mungkin ada baiknya kamu pergi berobat ke dokter atau ke rumah sakit. Kudengar dari dia, ada sesuatu yang salah pada isi kepalamu. Membuatku jadi menduga-duga, barangkali kepalamu terbentur sesuatu. Mungkinkah begitu?

Kemarin malam dia menghubungiku. Semalaman namamu disebut berbarengan dengan berbagai jenis binatang. Dia bilang kamu kehilangan logika. Dia mengatakan hal-hal semacam amnesia dan demensia. Jujur saja, aku sulit mengingat kata-kata yang disebut dengan begitu cepat, apalagi separuh berteriak. Kurasa dia sungguhan kesal padamu. Dia bilang, mulanya memang dia tak paham mengapa kamu mengatakan tidak pernah mengenal dia. Tapi, setelah dia pikirkan berulang kali, dia mulai mengerti alasannya. Ya, dia mengerti bahwa kamu hanya ingin menjadi pria bertanggung jawab yang memegang teguh komitmen dalam hidup. Seperti yang dulu kamu katakan kepada dia, bahwa kamu hanya ingin setia. Hanya, dia merasa kamu terlalu keji dengan mengatakan tidak pernah mengenalnya. Padahal bukan satu-dua hari kamu menghabiskan waktu bersama dia. Padahal kamu sendiri yang bilang bahwa kalian adalah sepasang rekan. Untuk bagian itu, aku juga mulai merasa kamu sedikit tak berperasaan. Percayalah, dia bukan tipe perempuan agresif seperti yang sering kamu jumpai mengganggu hidup pribadi pria yang telah berdua. Sekalipun dia memang akan sangat senang jika kamu bilang kalian saling kenal, sekalipun dia memang akan menganggap prasangka tentang keistimewaan hubungan rekan kalian itu benar adanya, tapi aku berani bersumpah dia tidak akan bertindak lebih jauh lagi. Percayalah, dia hanya akan berdiri menatapmu dari jauh sambil tersenyum. Sudah. Atau, begini saja. Seharusnya, jika kamu memang benar-benar berpura-pura tidak mengenal dia, janganlah kamu bilang kamu kenal dengan beberapa teman di sekitar dia. Sungguh, tak perlu menjadi dia, bahkan aku sendiripun menahan amarah ketika mendengar itu.

Kamu tahu? Dia bahkan selalu menganggapmu sebagai cetak biru yang telah Tuhan curi dari dalam kepala dia. Ah, sungguh. Sedih sekali rasanya ketika mendengar dia bilang, Tuhan telah mencuri sekeping memori dari dalam kepalamu. Aku hanya berharap, semoga bukan Tuhan yang benar-benar telah mencurinya. Akan lebih baik jika tabu lah yang melakukannya. Atau malah, kamu sendiri yang lupa, setelah menyembunyikannya di tempat rahasia. Tempat yang bahkan sama sekali tidak diketahui oleh istrimu tercinta..

Ya ya, semoga kepingan itu akan segera kamu temukan. Jika tidak, maka kabari aku andai ada hal lain yang memudar dari kepalamu. Aku kenal dengan seorang dokter di bidang itu. Mungkin bisa kuatur pertemuanmu dengannya nanti. Sampai jumpa! :)

***

Comments

Popular posts from this blog

untitled: ucapan yang hilang

Jika.

Kehilangan Kata