suami orang: satu malam


Ciputat, 31 Oktober 2011

Kepada kalian yang jatuh di dua hati,
cintamu serupa jiwaku: abuabu.

***

Satu malam, kau pernah membuat dia sungguh terlena. Bahagia tak terkira. Tepat ketika namamu muncul dalam layar telepon genggamnya. Wajahnya bahkan sudah tersipu saat itu juga. Lalu, dengan degup jantung malu-malu, dia mengangkat panggilanmu itu. Dia tersenyum saat suara beratmu mulai menyapa. Sebuah ‘halo’ yang terasa sejuk dalam jiwanya. Kau yang menanyakan kabar sesudahnya, makin membuat senyumnya merekah. Pipinya merona ketika dia mengatakan, dia baik-baik saja. Kau lantas tertawa pelan. Kemudian, diam sesaat. Seolah membiarkan rasa-rasa merayap lewat hening malam. Seolah membiarkan dia tenggelam dalam kebahagiaannya. Kebahagiaan maya. Detik berikutnya, kata itu akhirnya meluncur juga dari mulutmu. Melangkah mantap lewat telinganya, langsung menuju sasaran utama: hatinya. Dia diam. Tak tahu harus membalas dengan kata apa. Sejujurnya bahkan terkejut dan tak siap dengan sergapan rasamu itu. Rasa yang entah benar-benar ada atau hanya mengada-ada. Sekali lagi, kaubisikkan kata itu.

Rindu.. saya rindu kamu..

Dia tertawa pelan. Terbawa rasa yang kaubisikkan, dia ikut mengatakan hal serupa. Dia yang begitu terlena oleh bisik rasamu itu. Dia yang merasa memenangimu malam itu. Dia yang membangun berjuta harapan malam itu. Dia yang entah sungguh-sungguh kaucintai atau tidak. Nun jauh di sana, kau tersenyum seraya membelai rambut perempuan yang lelap di pangkuanmu malam itu: ibu dari anak batitamu.

***

Comments

Popular posts from this blog

untitled: ucapan yang hilang

Jika.

Kehilangan Kata